21 Apr 2012 | By: Indahnya Islam

Menuntun Keluarga Kejalan Allah




Setiap Muslim wajib mendidik istri dan anak-anak untuk komitmen dengan aqidah dan syari'ah Islamiyah, ini sesuai dengan tahapan da'wah yang pertama kali ditempuh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Firman Allah, "Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat" (QS. (26) As Syua' araa: 214).

Begitu menerima ayat ini, Rasulullah langsung mengarahkan da'wah kepada keluarga beliau. Aisyah Radiiyallahu Anha berkata, " Ketika turun ayat tersebut, Rasulullah segera bangkit dan berkata, Wahai Fatimah binti Muhammad, Hai Shofiyah binti Abdul Muthalib, Hai Bani Abdul Muthalib, saya tidak memiliki apa-apa untuk kalian. Mintalah harta dariku sekehendak kalian". (HR. Muslim) Dilain tempat Allah memerintahkan : "Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami-lah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertaqwa." (QS.(20) Thaha: 132)


Maka Rasulullah pun selalu mengarahkan sahabatnya agar membentuk basis keluarga lebih dahulu. Setelah Thufail bin Amr Ad-dausi memeluk Islam, Ia berkata kepada Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam, "Sungguh aku ini orang yang ditaati oleh kaumku, dan sekarang aku akan kembali untuk mengajak mereka memeluk Islam." Setelah sampai ditengah kaumnya, ia mengajak bapak dan istrinya, lalu keduanya masuk Islam.

Demikian pula dengan Sa'ad bi Mu'adz Radliyallahu Anhu, seseorang sahabat Ansor. Setelah memeluk Islam ia berkata kepada kaumnya; " Siapapun kalian, haram berbicara denganku kecuali setelah kalian masuk Islam". Kaumnya pun segera masuk Islam sehingga Sa'ad bin Mu'adz ini termasuk orang yang besar berkahnya dalam Islam.

Akhlaq keluarga merupakan basis dasar yang akan menjaga keseluruhan bangunan masyarakat Islam. Keluarga harus yang mendapatkan perioritas utama untuk dida'wahi dan dibina sehingga mereka dapat diandalkan dalam membentuk lingkungan. Al Qur'an memberi teladan melalui gambaran Siti Hajar yang mampu ditinggal suami dipadang yang gersang dengan kewajiban mendidik putranya Ismail. Atau seperti Istri Fira'un yang tetap beriman dan mentaati Allah kendati dalam cengkraman suami yang Zholim.

Sebaliknya jangan sampai kita mempunyai Istri seperti istri Nabi Nuh dan Istri nabi Luth. Kendati mereka dibawah kendali hamba Allah yang shaleh, ternyata keduanya berkhianat, yaitu tidak mematuhi suaminya secara Total. Akibatnya mereka dihukum Allah dengan Azab.

0 comments:

Posting Komentar